Masih begitu kental dirasakan dampak sinyal buruk akibat pengaruh krisis keuangan global terhadap bisnis di berbagai sektor. Di Amerika saja merupakan negara adikuasa yang dikenal memiliki kekuatan ekonomi keuangan, ternyata tidak mampu menahan krisis yang terjadi. Angka pengangguran di AS meningkat 0,4%-0,6% dalam satu bulan akibat dari itu atau berkisar 240.000 orang terkena gelombang pemecatan massal (PHK)
Krisis keuangan atau finansial sebenarnya bukan fenomena baru, karena bagi Indonesia juga pernah mengalami krisis dahsyat pada tahun 1997-1998 dan pernah pula krisis serupa pada tahun 1996, inflasi menembus angka 650%, bahkan krisis besar dunia yang dialamai Amerika Serikat pada tahun 1929 adalah krisis yang dianggap paling parah dalam sejarah ekonomi, karena krisis tersebut manjalar ke seluruh penjuru belahan dunia.
Kalau saya boleh mengatakan krisis yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997-1998 menjelaskan bahwa akar permasalahan krisis yaitu instabilitas finansial, atau yang lebih dirasakan terjadinya fluktuasi nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar hingga mencapai angka tertinggi Rp. 15.000,- per US$., hal ini memberikan dampak yang begitu terasa di sektor riil serta kehidupan masyarakat pada umumnya, begitu pula dengan sektor keuangan.
Hingga saat ini pun nilai tukar Rupiah masih berkisar angka Rp.9 ribu hingga Rp.10 ribu per Dollar, hal ini belum menunjukan adanya perubahan yang cukup berarti dalam kondisi perekonomian secara umum. Memang kita harus akui bahwa nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing lainnya terutama US Dollar, memang tidak bisa sepenuhnya di kendalikan oleh Bank Sentral atau BI dan Pemerintah, karena mengingat masalah likuiditas valas lebih sulit dikendalikan dibanding likuiditas Rupiah, apalagi masalah likuiditas valas diluar otoritas Indonesia.
Kalau kita lihat dan rasakan secara umum, penyebab utama depresiasi Rupiah dalam akhir-akhir ini adalah akibat krisis finansial global. Nah kalau dengan nilai tukar Rupiah yang terus menerus tertekan, maka terpaksa Bank Indonesia harus mengeluarkan cadangan devisa cukup besar untuk menstabilkan nilai tukar Rupiah. Sudah bisa dipastikan bahwa kalau cadangan devisa semakin berkurang akibat terus digelontorkan, maka ini akan mengganggu stabilitas ekonomi nasional.
Para ahli pemikir atau pengamat keuangan bahwa krisis hanyalah sebuah gejolak tidak tampaknya berbagai unsur keteraturan dalam sebuah sistem, dimana sebuah sistem ekonomi, terdiri atas 5 model subsistem yaitu :
Saat ini kita masih belum sepenuhnya melewati masa krisis global, karena perkiraan-perkiraan yang terjadi seperti fluktuasi indeks saham dan nilai tukar masih berlangsung.
Kembali apa yang terjadi pada krisis global di AS dan Eropa cukup mempengaruhi pula di Asia termasuk di Asia Tenggara, dimana berawal dari pengambilalihan perusahaan Mortgage terbesar di Amerika Serikat, Fanni Mae dan Freddie Mac, oleh Pemerintah Amerika Serikat, lalu disusul dengan bangkrutnya Lehman Brothers pada tanggal 14 September 2008, credit default yang dialami AIG pada 16 September 2008, krisis terparah disektor perbankan yang menimpa Citibank pada 21 November 2008, kemudian diikuti dengan anjloknya harga saham di seluruh pasar saham dunia secara dramatis, termasuk yang dialami Indonesia.
Dengan rentetan peristiwa-peristiwa tersebut, mulailah permasalahan-permasalahan timbul pada perusahaan-perusahaan di sektor perbankan asing mulai melakukan langkah pemutusan hubungan kerja secara massal (PHK), seperti yang terjadi secara besar-besaran pada citigroup yang melakukan PHK hingga puluhan ribu orang, wooww.. sungguh tragis apa yang terjadi tersebut banyak orang kehilangan pencarian untuk menghidupi keluarganya. Pertanyaannya seberapa kuat daya tahan ekonomi Indonesia dalam menghadapi krisis keuangan global ini. Semoga ekonomi Indonesia cukup mampu mengatasi dampak dan gejolak finansial ini. Kita masih bisa sedikit bernafas lega, suku bunga pinjaman perbankan mulai mengalami penurunan yaitu 12,5%-13,5% pa. Ini artinya beberapa sektor dapat memulai menggunakan sayapnya kembali dalam menggerakan usahanya.
Rabu, 30 September 2009
DAMPAK DARI KRISIS FINANSIAL GLOBAL
16.27
Rozani
7 comments
7 komentar:
wah artkel yang bagus... keep writing..
memang suatu dilema...mantap artikelnya sob..
dakuuuuuuuuu udah 2 tahun ini makin miskinn kin kin kin...melarattttttttttt..ditambah krisis global jadi tambah miskinnnn..komplit dah. *ngarep kena lotre $100mill
wah kedengarannya menankutkan niichhh...,tapi tetap semangat maju terus pasti kesuksesan akan datang.Banyak penglaman dari beberapa teman yang msh bisa berhasil,smg mencapai kesuksesannya.
hehe iyah donk..harus semangat terus. tapi bener kok...taon 2008 kemarin tahun terburuk dlm hidup kuw. cialllllll mulu....taun ini juga cape d
sy turut prihatin mendengarnya, tapi perubahan akan datang kalo di niatin terus menerus, semoga sukses akan mendatanginya
There is a huge variety to choose from if you think links of london outside the box with Non Diamond Wedding Rings. First option to consider is whether you want to links of london bracelet purchase white gold or yellow gold, most women have a preference and you do not want to links of london charms pick the wrong one.The decision about white or yellow gold behind you now you can links of london charms move forward to the determinations about the setting and the jewels to be placed on the hand of your future bride. Does she want to have her birthstone? Find out whichlinks of london watches month she was born in to figure out what stone is hers as each month is a different color.
Posting Komentar